PEMBEBANAN PADA JEMBATAN
Dalam perencanaan
struktur jemabatan secara umum, khususnya jembatan komposit, hal yang perlu
sekali diperhatikan adalah masalah pembebanan yang akan bekerja pada struktur
jembatan yang dibuat. Menurut pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan
Raya (PPPJJR No 378/1987) dan PMJJR No 12/1970 membagi pembebanan jembatan
dalam dua kelas, yaitu:
Kelas
|
Berat Beton
|
A
B
|
10
8
|
Table 2.1 Kelas tekan as gandar (PMJJR
No.12/1970)
Ada beberapa macam pembebanan yang bekerja pada struktur
jembatan, yaitu:
1 Beban Primer
Beban primer merupakan beban utama dalam
perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan, yang terdiri dari: beban
mati, beban hidup, beban kejut dan gaya akibat tekanan tanah.
a. Beban mati
Beban mati adalah beban yang berasal dari berat jembatan itu
sendiri yang ditinjau dan termaksud segala unsur tambahan tetap yang merupakan
satu kesatuan dengan jembatan. Untuk menemukan besar seluruhnya ditentukan
berdasarkan berat volume beban.
b. Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat
kendaraan-kendaraan yang bergerak dan pejalan kaki yang dianggap bekerja pada
jembatan. Penggunaan beban hidup di atas jembatan yang harus ditinjau dalam dua
macam beban yaitu beban “T” yang merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan
dan beban “D” yang merupakan beban jalur untuk gelagar.
Gambar 2.1 beban “D”
Untuk perhitungan gelagar harus dipergunakan
beban “D” atau beban jalur. Beban jalur adalah susunan beban pada setiap jalur
lalulintas yang terdiri dari beban yang terbagi beban rata sebesar “q” ton/m
panjang perjalur dan beban garis “p” ton perjalur lalulintas. Untuk menentukan
beban “D” digunakan lebar jalan 5,5 m, maka jumlah jalur lalulintas sebagai
berikut:
Gambar 2.2 ketentuan penggunaan beban “D”
Table 2.2 jumlah jalur lalulintas
Lebar lantai
kendaraan (m)
|
Jumlah jalur
lalulintas
|
5,50 – 8,25 m
8,25 – 11,25 m
11,25 – 15,00 m
15,00 – 18,75 m
18,75 – 32,50 m
|
2
3
4
5
6
|
(PPPJJR No. 378/KPTS/1987)
Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan
sama atau lebih kecil dari 5,50 m makan beban “D” sepenuhnya (100%) dibebankan
pada seluruh lebar jembatan dan kelebihan lebar jembatan dari 5,5 m mendapat
separuh beban “D” (50%). Jalur lalulintas ini mempunyai lebar minimum 2,75 m
dan lebar maksimum 3,75 m. Beban “T” adalah beban kendaraan Truck yang
mempunyai beban roda 10 ton (10.000 Kg) dengan ukuran-ukuran serta kedudukan
dalam meter, seperti tertera pada gambar 2.3 untuk perhitungan pada lantai
kendaraan jembatan digunakan beban “T” yaitu merupakan beban pusat dari
kendaraan truck dengan beban roda ganda (dual wheel load) sebesar
10 ton
Gambar 2.3 beban “T”
bekerja pada lantai kendaraan
Dimana beban garis P= 12 ton sedangkan beban q ditentukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
Q= 2,2
t/m untuk
L<30 m
Q= 2,2t/m – (11/60)x(L-30)
t/m untuk 30>L< …..[2-1]
Q=
1,1x(1+(30/L))t/m untuk
L>60m
Dimana L adalah panjang bentangan gelagar utama (m) untuk
menentukan beban hidup, beban terbagi rata (t/m/jalur) dan beban garis
(t/jalur) dan perlu diperhatikan ketentuan bawah.
Beban terbagi merata = Q
ton/meter………................[2-2]
2,75 m
Beban
garis = Q
ton ......................................[2-3]
2,75
m
Angka pembagi 2,75 meter diatas selalu tetap dan tidak
tergantung pada lebar jalur lalulintas. Dalam perhitungan beban
hidup tidak penuh, maka digunakan:
· Jembatan permanen= 100% beban “D” dan “T”.
· Jembatan semi permanen= 70% beban “D” dan “T”.
· Jembatan sementara= 50% “D” dan “T”.
Dengan menggunakan beban “D” untuk suatu jembatan berlaku
ketentuan ini.
c. Beban kejutan/Sentuh
Beban kejut merupakan factor untuk memperhitungkan
pengaruh-pengaruh getaran dan pengaruh dinamis lainnya. Koefesien kejut
ditentukan dengan rumus:
K= 1+ ……………………………………………….[2-4]
Dimana: K=
koefesien kejut
L=
panjang/ bentang jembatan
2 Beban
Sekunder
Beban sekunder adalah
beban yang merupakan beban sementara yang selalu diperhitungkan dalam
penghitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan.
a. Beban Angin
Dalam perencanaan
jembatan rangka batang, beban angin lateral diasumsikan terjadi pada dua bidang
yaitu:
· Beban angin pada rangka utama.
Beban angin ini
dipikul oleh ikatan angin atas dan ikatan angin bawah.
· Beban angin pada bidang kendaraan
Beban angin ini
dipikul oleh ikatan angin bawah saja. Dalam perencanaan untuk jembatan terbuka,
beban angin yang terjadi dipikul semua oleh ikatan angin bawah.
b. Gaya Akibat Perbedaan Suhu
Perbedaan suhu harus
ditetapkan sesuai dengan keadaan setempat yaitu dengan perbedaan suhu.
· Bangunan Baja
1) Perbedaan suhu maksimum-minimum= 300C
2) Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan=
150C
· Bangunan Beton
1) Perbedaan suhu maksimum-minimum= 150C
2) Perbedaan suhu antara bagian-bagian
jembatan=100C
Dan juga tergantung
pada koefisien muai panjang bahan yang dipakai misalnya:
· Baja ε =12x10-6/0C
· Beton ε =10x10-6/0C
· Kayu ε =5x10-6/0C
c. Gaya Rangkak dan Susut
Diambil senilai dengan
gaya akibat turunnya suhu sebesar 150C
d. Gaya Rem dan Traksi
Pengaruh ini
diperhitungkan dengan gaya rem sebesar 5% dari beban “D” tanpa koefisien kejut.
Gaya re mini bekerja horizontal dalam arah jembatan dengan titik tangkap setinggi
1,80 m dari permukaan lantai jembatan.
e. Gaya Akibat Gempa Bumi
Bekerja kea rah
horizontal pada titik berat kontruksi.
KS
= E x G ……………………………………………[1-5]
Dimana:
KS =
koenfisien gaya horizontal (%)
G =
beban mati (berat sendiri) dari kontruksi yang ditinjau.
E = koefisien
gempa bumi ditentukan berdasarkan peta zona gempa dan
biasanya diambil 100% dari berat kontruksi.
f. Gaya Gesekan Pada Tumpuan Bergerak
Ditinjau hanya beban
mati (ton). Koefisien gesek karet dengan baja atau beton= 0,10 sampai dengan
0,15.
3 Beban
Khusus
Beban khusus yaitu
beban-beban yang khususnya bekerja atau berpengaruh terhadap suatu struktur
jembatan. Misalnya: gaya sentirfugal, gaya gesekan pada tumpuan, beban selama
pelaksanaan pekerjaan struktur jembatan, gaya akibat tumbukan benda-benda yang
hanyut dibawa oleh aliran sungai.
a. Gaya sentrifugal
Konstruksi yang ada
pada tikungan harus diperhitungkan gaya horizontal radial yang dianggap bekerja
horizontal setinggi 1,80 m di atas lantai kendaraan dan
dinyatakan dalam % terhadap beban “D” dengan rumus sebagai berikut:
……………………………………[2-6]
Dimana:
S= gaya sentrifugal
(%) terhadap beban “D” tanpa factor kejut.
V= kecepatan rencana (km/jam).
R= jari-jari tikungan
(m).
b. Gaya Gesekan pada Tumpuan
Gaya gesekkan ditinjau
hanya timbul akibat beban mati (ton). Sedangkan besarnya ditentukan berdasarkan
koefisien gesekan pada tumpuan yang bersangkutan dengan nilai:
· Tumpuan rol
o Dengan 1 atau 2 rol :0,01
o Dengan 3 atau lebih :0,05
· Tumpuan gesekan
o Antara tembaga dengan campuran tembaga
keras =0,15
o Antara baja dengan baja atau baja
tuang =0,25
c. Gaya Tumbukkan pada Jembatan Layang
Untuk memperhitungkan
gaya akibat antara pier (bangunan penunjang jembatan diantara kedua kepala
jembatan) dan kendaraan, dapat dipikul salah satu dan kedau gaya-gaya tumbukkan
horizontal:
· Pada jurusan arah lalulintas
sebesar………………..100 ton
· Pada jurusan tegak lurus arah
lalulintas……………50 ton
d. Beban dan Gaya selama pelaksanaan
Gaya yang bekerja
selama pelaksanaan harus ditinjau berdasarkan syarat-syarat pelaksanaan.
e. Gaya Akibat Aliran Air dan Benda-benda Hanyut
Tekanan aliran pada
suatu pilar dapat dihitung dengan rumus:
P=KxV2………………………………………………....[2-7]
Dimana:
P= tekanan aliran air
(t/m2)
V= Kecepatan aliran
air (m/det)
K= koefisien yang
bergantung pada bentuk pier
Komentar
Posting Komentar